Dr.
Atmarita dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) mengingatkan para lansia membatasi asupan gula, garam, dan lemak (GGL) untuk mencegah kemungkinan munculnya penyakit tertentu.
Menurut buku lanjut usia dari Kementerian Kesehatan, konsumsi GGL yang dianjurkan yaitu gula maksimal empat sendok makan (50 gram/hari), garam maksimal satu sendok teh (2 gram/hari), dan lemak maksimal lima sendok makan (67 gram/hari).
Pada lansia dengan kondisi sehat, konsumsi camilan, kopi, goreng-gorengan, atau makanan siap saji masih diperbolehkan asalkan sesuai dengan batasan jumlah konsumsi yang ditetapkan.
Namun, Atmarita juga mencatat setiap orang memiliki batasan jumlah GGL tertentu sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing.
“Penduduk Indonesia sudah eksesif konsumsi GGL-nya, jadi mesti dilihat lagi.
Kalau misalnya dia sudah makan nasi (sumber karbohidrat) berlebih, kemudian masih harus minum kopi, kopinya tidak perlu pakai gula atau hindari makanan manis.
Prinsipnya, kebutuhan GGL itu bisa tidak berlebihan,” kata Atmarita.
Studi oleh Atmarita beserta rekan di jurnal Persagi menunjukkan 29,7 persen pendudukIndonesia atau setara dengan 77 juta jiwa mengonsumsi GGL melebihi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Studi tersebut dilakukan dengan menganalisis data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014.
Atmarita mengatakan sejumlah risiko penyakit yang dapat muncul terkait konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih termasuk obesitas, hipertensi, diabetes, dan sebagainya.
“Obesitas sudah tinggi.
Kemudian penyakit tidak menularnya berdampak juga.
Jadi, ada orang misalnya obesitas, hipertensi, dan diabetes, komplikasi itu sudah lebih dari 50 persen di atas usia 18 tahun.
Jadi, memang risikonya sudah tinggi sekali,” jelasnya.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi hipertensi dan diabetes melitus meningkat dari 2013 ke 2018.
Pada hipertensi, dari hasil pengukuran di atas 18 tahun angkanya meningkat dari 25,8 menjadi 34,1 persen.
Penderita diabetes melitus di atas 15 tahun juga meningkat dari 6,9 menjadi 8,5 persen.
Sementara itu, proporsi obesitas pada dewasa dengan usia di atas 18 tahun juga mengalami peningkatan dari 14,8 pada 2013 menjadi 21,8 persen pada 2018.
Atmarita mengatakan penyakit tidak menular sebetulnya dapat dicegah dengan menerapkan pedoman gizi seimbang dalam keseharian.
Pedoman tersebut antara lain mengonsumsi makanan yang beragam, melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, memantau berat badan ideal, dan mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah makan.
Ia mengingatkan lansia tetap melakukan aktivitas fisik sehingga kebugaran tubuh tetap terjaga.
Aktivitas fisik dapat berupa menyapu, membersihkan rumah, atau berkebun.
Selain itu, lakukan juga latihan fisik ringan seperti jogging, senam, jalan cepat, atau bersepeda.
Untuk berat badan ideal, indeks massa tubuh (IMT) lansia prinsipnya masih sama dengan kelompok usia lain, yaitu 18,5-25.
“IMT itu ukurannya berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
Kalau orang tua itu biasanya sudah mulai penurunan tinggi badan atau berat badan tapi prinsipnya tetap saja, 18,5 sampai 25 itu harus dijaga,” imbaunya.